Salah satu perusahaan ritel terbesar di dunia tertangkap menggunakan channel stuffing, praktik di mana peritel mengirimkan sejumlah besar produk ke distributor tanpa pesanan yang nyata. Ini memungkinkan perusahaan untuk menggelembungkan pendapatan dalam catatan keuangan mereka. Namun, penyelidikan menunjukkan bahwa ada inventaris yang tidak terjual di gudang yang menyebabkan perusahaan diselidiki oleh otoritas pajak dan regulator karena memiliki terlalu banyak stok dan terlalu banyak penjualan yang tercatat.
2.Penyedia Layanan Keuangan Memalsukan Cadangan Kerugian Kredit
Salah satu lembaga keuangan yang dikelola melakukan penipuan dalam catatan institusi privat mereka tentang cadangan kerugian pinjaman. Mereka mengurangi dana yang ditujukan untuk menangani utang buruk yang membuat laba meningkat. Ketika hal ini terungkap, saham perusahaan jatuh 30% dalam waktu seminggu.
3. Teknik Off-Balance Sheet Financing untuk Menyembunyikan Utang
Sebuah perusahaan energi besar di Eropa terungkap menggunakan special purpose entities (SPEs) untuk menyembunyikan kewajiban keuangan mereka. Dengan teknik ini, perusahaan menghindari pencatatan utang di neraca keuangan, membuat investor dan analis percaya bahwa kondisi keuangan mereka lebih sehat dari kenyataan. Investigasi mendalam dari auditor akhirnya memaksa perusahaan mengoreksi laporan keuangannya, menyebabkan hilangnya kepercayaan investor.
4. Manipulasi Laporan Pajak dengan Transfer Pricing
Perusahaan multinasional berbasis di Asia terlibat dalam skandal transfer pricing, yaitu memindahkan keuntungan ke anak perusahaan di negara dengan pajak rendah. Dengan teknik ini, mereka membayar pajak lebih rendah dari yang seharusnya. Otoritas pajak akhirnya menjatuhkan sanksi ratusan juta dolar setelah penyelidikan mengungkap praktik curang ini.
Sumber:Penulis